A. Pendahuluan

Kepala sekolah selaku orang yang mempunyai wewenang dan kekuasaan sudah selayaknya mempunyai gaya kepemimpinan yang efektif untuk mengatur dan mengembangkan jabatan yang diembannya. Kepala sekolah dalam mengembangkan tugasnya hendaknya didasari dengan sikap sungguh-sungguh & etos kerja yang tinggi.

Kepala sekolah yang mempunyai kesungguhan dan etos kerja yang tinggi akan mampu melaksanakan inovasi pendidikan dengan baik. Disamping itu ditunjang dengan kemampuan manajerial yang handal juga merupakan faktor yang mewujudkan sekolah yang efektif, kondusif dan dinamis.

Kehadiran kepala sekolah sangat penting karena merupakan motor penggerak bagi sumber daya sekolah terutama guru, karyawan, dan anak didik. Begitu besarnya peranan sekolah dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, sehingga dapat dikatakan bahwa
sukses tidaknya inovasi pendidikan dan kegiatan sekolah sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh kepala sekolah. Namun, perlu dicatat bahwa keberhasilan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya, tidak ditentukan oleh tingkat keahliannya dibidang konsep dan teknik kepemimpinan semata, melainkan lebih banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam memilih dan menggunakan teknik atau gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dipimpin.

Pandangan diatas menunjukan pentingnya menelaah dan membahas kembali tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam melaksanakan inovasi pendidikan agar tercipta sekolah efektif dan berkwalitas.

B. Pembahasan

1. Pengertian Kepemimpinan

Istilah kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli, kepemimpinan adalah suatu kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan atau menggerakan orang-orang lain agar mereka mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan bersama.[2]

Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain sehingga mau melakukan suatu tindakan dengan sukarela untuk mencapai tujuan tertentu. [3]

Menurut Hemphill, J. K, dan Coon A. E, kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke satu tujuan yang ingin dicapai bersama. [4] Pendapat ini diperkuat oleh Tannenbaun, Weschler, dan Masarik, kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi , yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu. [5]

Dari beberapa pandangan kepemimpinan diatas, dapat diambil benang merah bahwa kepemimpinan adalah suatu pengaruh sosial yang dalam hal ini perilaku yang disengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas serta hubungan di dalam sebuah kelompok/organisasi atau lembaga pendidikan.

2. Gaya Kepemimpinan

Untuk mengetahui kesuksesan pemimpin ialah mempelajari gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan sangat beragam, sehingga melahirkan berbagai pendekatan. Efektivitas kepemimpinan dapat diidentifikasi dari berbagai kriteria sesuai dengan gaya kepemimpinan yang dipergunakan.

Menurut Rensis Likert dalam Sarbinor Karim, ada empat jenis gaya kepemimpinan, yaitu (a) gaya eksploratif-otoritatif, pemimpin bersikap eksploitatif kepada anggota, dengan menciptakan ketakutan dan juga ancaman hukuman kepada para anggota, dia melakukan komunikasi kesatu arah saja, dan tidak pernah meminta keterlibatan anggota dalam mermuskan suatu kebijakan, (b) gaya kepemimpinan "otoritatif yang baik hati" (benevolent authoritative), pemimpin dengan gaya cenderung mengabaikan gagasan-gagasan anggota, (c) gaya kepemimpinan konsultatif., pemimpin membuka partisipasi bagi para anggota, tetapi dia sendirilah yang pada akhirnya membuat keputusan, (d) gaya kepemimpinan partisipatif, [6] pemimpin memberikan kepercayaan penuh kepada anggota, dia memberi kepada para anggotanya untuk menetapkan tujuan dan merencanakan kegiatan organisasi, sehingga para anggota tersebut merasa bebas.

Menurut Hersey dan Blancard merumuskan empat gaya kepemimpinan, [7] yaitu :

a. Kepemimpinan partisipasi, adapun ciri-cirinya : - Kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antara pemimpin dan bawahan dalam keadaan seimbang, - Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, - Komunikasi dua arah makin meningkat, pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya, - Keikutsertaan bawahan dalam memecahkan masalah dan pengambilan keputusan makin bertambah, sebagai pemimpin berpendapat bahwa bawahan memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup untuk penyelesaian tugas.

b. Kepemimpinan konsultasi, adapun ciri-cirinya: - Pemimpin tipe ini masih memberikan direktif yang cukup besar serta menetapkan keputusan-keputusan, - Pemimpin mau mendengarkan keluhan-keluhan dan perasaan bawahan mengenai keputusan yang diambil, - Sementara bantuan terhadap bawahan ditingkatkan, pelaksanaan atas keputusan tetap ada pada pemimpin.

c. Kepemimpinan delegasi, adapun ciri-cirinya: - Pemimpin mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan bawahan, dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya kepada bawahan, - Selanjutnya bawahan diberi hak untuk menentukan langkah-langkah bagaimana keputusan dilaksanakan, - Bawahan diberikan wewenang menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan keputusannya sendiri, sebab mereka telah dianggap memiliki kecakapan dan dipercaya memikul tanggung jawab untuk mengerahkan dan mengelola dirinya sendiri.

d. Kepemimpinan instruksi, adapun ciri-cirinya: - Memberi pengarahan secara spesifik tentang apa, bagaimana, dan kapan kegiatan dilakukan, -Kegiatan lebih banyak diawasi secara ketat, -Kadar direktif tinggi, -Kadar suportif rendah, - Kurang dapat meningkatkan kemampuan pegawai, - Kemampuan motivasi pegawai rendah, tinggi kematangan bawahan rendah.

Dari pandangan tentang gaya kepemimpinan diatas kalau dianalisa bahwa gaya kepemimpinan partisipasi yang pas diterapkan agar pengelolaan dan pelaksanaan roda organisasi atau lembaga pendidikan dapat berjalan dengan optimal.

3. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak terkait untuk bekerja atau berperan guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Cara kepala sekolah untuk membuat orang lain bekerja untuk mencapai tujuan sekolah meruapkan inti kepemimpinan kepala sekolah. [8]

Banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah, yaitu: - Kepribadian yang kuat, yaitu pribadi yang percaya diri, berani, bersemangat, murah hati, dan memiliki kepekaan sosial, - Memahami tujuan pendidikan dengan baik. Karena dengan pemahaman yang baik, kepala sekolah dapat menjelaskan kepada guru, stafnya, murid-murid dan pihak terkait tentang strategi pencapaian tujuan sekolah, - Memiliki pengetahuan yang luas. Kepala sekolah harus memiliki pengetahuan yang luas tentang bidang tugasnya maupun bidang lain yang terkait, - Memiliki ketrampilan profesional, yaitu ketrampilan yang terkait tugasnya sebagai kepala sekolah yaitu; ketrampilan teknis (menyusun jadwal pelajaran, memimpin rapat, melakukan supervisi), ketrampilan hubungan kemanusiaan (memotivasi, mendorong guru dan staf untuk berprestasi), ketrampilan konseptual (mengembangkan konsep pengembangan sekolah mengidentifikasi dan memcahkan masalah serta mengantisipasi masalah yang akan timbul dari semua kemungkinan), - Mampu meng-Inovasi pendidikan. Dengan inovasi pendidikan, sekolah akan mengalami peningkatan prestasi akademik dan non akademik.

Thomp dalam Syafaruddin menjelaskan bahwa kepala sekolah adalah orang yang sangat penting dalam sistem sekolah. Mereka mengusahakan, memelihara aturan dan disiplin, menyediakan barang-barang yang diperlukan, melaksanakan dan meningkatkan program sekolah, serta memilih dan mengembangkan pegawai/personil. [9]

Kepala sekolah harus dapat memahami semua situasi yang ada di sekolah agar dia dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi sekolahnya. Karena itu, menurut para ahli suatu gaya kepemimpinan yang dapat efektif untuk situasi tertentu dan kurang efektif bagi situasi yang lain. Adapun gaya kepemimpinan tersebut yaitu: partisipasi, instruksi, delegasi, konsultasi.

Kepemimpinan pendidikan, seorang kepala sekolah mengorganisasikan sekolah dan personil yang bekerja didalamnya ke dalam suatu situasi yang efisien, demokratis, dan kerjasama institusional yang tergantung keahlian para pekerja. Di bawah kepemimpinannya, program pendidikan untuk murid harus direncanakan, dirganisasi dan ditata.

Menurut Stoner dalam Wahjosumidjo yang perlu dilaksanakan oleh kepala sekolah: - Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain (work with and trough other people), - Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan ( responsible and accountable), - Dengan waktu dan sumber terbatas seorang kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan (managers balance competing goals and set priorities), - Kepala sekolah harus berpikir secara analistik dan konsepsional (must think analytically and conceptionally), - Kepala sekolah sebagai juru penengah (mediators), - Kepala sekolah sebagai politisi (politicians), - Kepala sekolah sebagai diplomat, - Kepala sekolah berfungsi sebagai pengambil keputusan yang sulit (make difficult decision). [10] Hal ini dapat diambil benang merah bahwa kepala sekolah secara teoritik bertanggung jawab atas penyelenggaraan sembilan program pendidikan di sekolah.

Sementara kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan menekankan : - menstimulasi, dan memotivasi staf untuk unjuk kerja secara maksimum, - bersama-sama dengan staf mengembangkan sistem obyektif dan realistis tentang pertanggung jawaban belajar, - mengembangkan secara bersama-sama prosedur perkiraan yang dapat dioperasionalkan untuk melaksanakan program belajar guna mengidentifikasi dan meyakini alternatif perbaikan bagi bidang yang lemah - bekerjasama staf dalam mengembangkan dan mengimplementasikan evaluasi staf, - bekerja dengan staf dalam memformulasikan rencana-rencana untuk mengevaluasi dan melaporkan kemajuan murid, - menyediakan saluran bagi keterlibatan masyarakat dalam operasi madrasah, - mendorong terus menerus studi kurikuler dan inovasi pembelajaran, - melengkapi kepemimpinan siswa (organisasi siswa) dalam membantu mereka berkembang secara bermakna dan bertanggung jawab, dan - menetapkan pusat sumber belajar dan memperlancar penggunaannya.

Peran kepala sekolah dalam administrasi meliputi pertanggungjawaban pada guru dan pekerja lainnya, masing-masing mempunyai tugas yang ditetapkan secara khusus. Sedangkan tugas kepala sekolah mengkoordinasi, mengarahkan, dan men-suport kerja guru dan staf adalah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mengevaluasi unjuk kerja memberi sumber daya yang dibutuhkan, membangun iklim psikologis yang mendukung, melibatkan diri terus menerus dengan orang tua, merencanakan menjadwal kegiatan, menertibkan tata buku, menyelesaikan konflik guru, menangani problem murid, berhubungan kantor pusat kepala sekolah, dan membantu yang lain untuk menjaga perselisihan. Tugas kepala sekolah adalah peran administrasi daripada kepemimpinan. Administrasi menurutnya, merujuk pada perilaku rutin yang dikaitkan dengan tugas kepala sekolah.

Peran administrasi kepala sekolah adalah peran administrasi daripada kepemimpinan. Administrasi menurutnya, merujuk pada perilaku rutin yang dikaitkan dengan tugas kepala sekolah. Peran administrasi dan kepemimpinan kepala sekolah ini sulit dipisahkan keduanya merupakan komplemen yang saling menyeimbangkan. Keberhasilan kepala sekolah dalam kepemimpinan dan administrasi memiliki satu arah dan tujuan yaitu the improvement of teaching and learning for students.

Keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dipengaruhi oleh gaya pemimpin terhadap bawahan (guru). Gaya kepemimpinan tersebut, dapat dijelaskan dalam teori path-goal, yaitu gaya pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. [11] Fungsi memotivasi dari pemimpin tersebut terdiri atas bertambahnya keuntungan (payoff) pribadi bawahan bagi pencapaian kerja-tujuan dan membuka jalan agar keuntungan tersebut menjadi lebih mudah dijalankan dengan memperjelasnya, mengurangi halangan-halangan dan perangkap-perangkap di jalan, serta meningkatkan peluang bagi kepuasan pegawai terhadap pemimpin tersebut. Para pemimpin juga mempengaruhi kepuasan dari bawahan, khususnya dengan pemimpin tersebut.

Beberapa pernyataan tentang kepemimpinan kepala sekolah tersebut dapat diambil benang merah bahwa gaya pemimpin terhadap bawahan (guru) sangat menentukan keberhasilan dalam mengembangkan sebuah institusi yang baik dan kualitas. Komitmen, dukungan dari pemimpin dan bawahan adalah kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam menjalankan roda kepemimpinannya.

4. Konsep Inovasi Pendidikan

a. Pengertian

Dalam kamus besar bahasa Indonesia , inovasi ialah pemasukan atau pengenalan hal-hal baru; pembaharuan, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode atau alat). [12]

Menurut Miles dalam Soemanto, inovasi ialah macam-macam “perubahan” genus. Inovasi sebagai perubahan disengaja, baru, khusus untuk mencapai tujuan-tujuan sistem. Jadi perubahan ini dikehendaki dan direncanakan. [13]

Definisi inovasi diatas, oleh menurut para ahli tidak ada perbedaan mendasar tentang pengertian inovasi antara satu dengan yang lain. Ole karena itu, dapat diambil benang merah bahwa inovasi ialah suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia, yang diamati atau dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat). Hal yang baru itu dapat berupa hasil invensi atau diskoveri yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dan diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau kelompok masyarakat. Jadi inovasi adalah bagian dari perubahan sosial.

Dari pandangan tersebut dapat diambil merah bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau daimati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau discoveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.

b. Inovasi Pendidikan: Beberapa Isu dan Masalahnya

Ada sebuah pertanyaan yang mengajak kita untuk mau menoleh dunia pendidikan, yakni Pendidikan itu inovasi atau konservatif? Kita bisa menjadi bingung sehubungan dengan situasi dunia yang dilanda arus modernisasi yang serba cepat dan membingungkan. Kini, usaha memilih nilai-nilai yang dianggap baik, yang memiliki kebenaran yang bersifat umum, bukan pekerjaan yang mudah dalam masyarakat yang pluralistik, keragaman, dan pandangan hidupnya berbeda. [14]

Para pioner ilmu dan teknologi, para peneliti, dan ahli-ahli baik ekonomi maupun sosial yang bertanggung jawab akan kemajuan masyarakat dihasilkan oleh atau melalui pendidikan. Perguruan tinggi (sekolah) merupakan sumber perubahan sosial, dan berfungsi membantu melakukan difusi nilai-nilai budaya serta menyebarluaskan berbagai penemuan baru, dan ketrampilan-ketrampilan baru. Sekolah merupakan tempat penganalisis dan penyeleksi. [15] Kemudian pertanyaan yang muncul apakah dunia pendidikan sudah mampu menjadi pendorong transformasi dan perubahan di masyarakat, sehingga bisa dikatakan inovatif.

Munculnya pertanyaan itu, disebabkan oleh adanya permasalahan atau berbagai isu dalam inovasi pendidikan sebagai berikut: - Mengusahakan inovasi pendidikan adalah sulit, - Kegagalan suatu inovasi akan membawa akibat, - Perbedaan kecepatan adopsi karena perbedaan sistem sosial.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi menurut teori derajat adopsi dari Knirk dan Gustafson, mereka mengemukakan suatu model yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan inovasi pendidikan, seperti tabel di bawah ini: [16]

Model ini berasumsi bahwa dalam pendidikan, individu juga organisasi membuat keputusan untuk menggunakan suatu prosedur atau sejumlah material. Sebagian individu lebih luwes dan lebih mau berubah dibanding yang lain. Potensi adopter dapat diklasifikasikan sesuai dengan kesediannya untuk mencoba ide-ide baru.

Selanjutnya menurut Knirk dan Gustafson model tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Karakteristik Adopter Pemula

Individu yang merespon positif dalam waktu yang relatif cepat biasanya memiliki kepekaan dan kecerdasan yang lebih dibanding yang lambat. Individu yang rendah diri dan pasif, bodoh, lebih agresif, suka bermusuhan akan lebih lambat dalam menghadapi ide inovasi. Ciri-ciri adopter pemula sebagai berikut: - Penerima tingkat profesionalisasi yang tinggi dan bersedia menerima resiko tinggi, - Mencari berita dan informasi dari orang-orang lain diluar wilayah setempat, - Memiliki suatu imajinasi yang aktif, - Peka terhadap orang lain dan masalah-masalah mereka, - Sedikit membutuhkan saran dari pendidik lokal, - Mempunyai kedudukan/jabatan yang sekarang ini belum lama, dan cenderung meningkat, - Menunjukan keakuratan yang tinggi dalam mempertimbangkan sesuatu, sebelum cepat-cepat memutuskan, - Sosialnya aktif, - Masih muda dan mempunyai pandangan, - Cenderung berusaha dan bepergian dalam daerah yang luas, - lebih banyak berhubungan dengan media, - Tidak fatalistik dan negatif, - Dapat mengatasi keadaan apa saja dengan abstraksinya. [17]

2. Karakteristik Inovasi

Faktor kedua yang mempengaruhi derajat adopsi inovasi adalah: - Inovasi tersebut memiliki keuntungan yang nyata pada proses, material dan peralatannya, - Inovasi tersebut cocok dengan sistem yang ada, - Sesuai riset atau telaah kasus tentang penggunaannya dalam situasi yang lain yang serupa, - urutan rasional untuk adopsi dan penerapannya nampak jelas, - Inovasi tersebut berkenaan dengan suatu kebutuhan yang perlu, -Memproyeksikan program yang tahan lama, - Inovasi tersebut membutuhkan sedikit ketrampilan baru dari adopter, - Inovasi tersebut dapat dicoba secara terbatas sebelum keputusannya untuk menggunakan atau tidak.

3. Karakteristik Organisasi

Faktor ketiga yang mempengaruhi cepat lambat dan derajat adopsi ialah faktor keberhasilan organisasi dimana inovasi itu berlangsung. Faktor ini meliputi; kredibilitas dan status yang tinggi, penempatan adopter dekat pucuk pimpinan administrasi, pemimpin baru ditempatkan dari luar unit adopsi, orang-orang dalam organisasi relatif berpendidikan tinggi, administrasi dan staf dalam unit adopsi memiliki interaksi yang tinggi, individu-individu dalam kelompok merasa memiliki profesioanalisme yang tinggi, dalam organisasi terdapat saluran komunikasi sehingga individu tertarik dan dengan mudah mendapat informasi yang relevan. Inovasi tersebut dibuat dengan cara partisipasi atau dengan cara memerintah. [18]

Ketiga faktor tersebut tidak secara langsung dapat mempengaruhi cepat lambat dan derajat adopsi, namun menyebabkan tumbuhnya tingkat pengetahuan atau tingkat kesadaran akan adanya inovasi ada individu, lembaga, atau sistem sosial.

4. Kesadaran seluruh komponen sekolah terhadap pelaksanaan inovasi pendidikan.

5. Tingkatan inovasi yang dilaksanakan di sekolah harus dapat dipahami dan dilaksanakan di sekolah.

Dari uraian diatas dapat diambil benang merah bahwa difusi inovasi pendidikan dapat berjalan dengan baik harus melalui tahapan yaitu inovasi dapat dipahami oleh adopter inovasi, memahami karaketristik inovasi, memahami karakteristik lembaga pendidikan, kemudian seluruh komponen pendidikan menyadari bahwa inovasi pendidikan penting untuk didukung dan dilaksanakan, kemudian memahami tingkatan inovasi, sebab inovasi pendidikan adalah suatu perubahan yang baru dan kualitatif berbeda dari hal sebelumnya, dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan.

Inovasi pendidikan tidak datang dengan sendirinya, kita harus mengupayakannya. Kalau tidak, pendidikan kita akan tertinggal oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat ini. Menurut Nisbet dalam Cece Wijaya, dkk bahwa inovasi pendidikan harus dapat melewati empat tahapan : [19]

- The increase in work load (pertambahan beban kerja) artinya inovasi dan eksperimen harus sudah dipikirkan jauh sebelumnyaagar bisa menggantikan hal yang sudah usang, bukan pada waktu krisis sedang menimpa, baru sibuk mencari jawabannya.

- Mempersiapkan diri dengan mempertinggi keahlian dalam rangka Loss of confidence (kehilangan kepercayaan), artinya guru harus menerima dan mengembangkan ide-ide baru, sehingga tidak canggung dan berdiam diri.

- The period of confusion (masa kacau) artinya sebelum arah inovasi yang diserap jelas tujuannya, bisa saja timbul kekacauan, tetapi dalam hal ini masih dalam batas-batas yang dapat ditanggung oleh para pengajar.

- The Blacklash, artinya apabila ada kasus-kasus yang timbul, misalnya rumus evaluasi hendaknya dipecahkan menurut upaya inovasi.

Inovasi termasuk bagian dari perubahan sosial, dan inovasi pendidikan merupakan bagian dari perubahan sosial. Dalam rangka peningkatan peningkatan kwalitas sekolah, inovasi pendidikan adalah keharusan. Oleh karena itu, Inovasi pendidikan harus didukung oleh seluruh komponen sekolah, yaitu: kepala sekolah, guru, staf, karyawan, murid, komite sekolah. Diantara komponen sekolah yang paling mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan inovasi pendidikan adalah kepala sekolah.

5. Peran Kepala Sekolah Dalam Melaksanakan Inovasi Pendidikan

Kepala sekolah merupakan top leader dari suatu lembaga pendidikan. Kebijakan yang diputuskan merupakan hal yang strategis dalam keberhasilan sekolah. Kepala sekolah seharusnya orang yang memiliki kecerdasan, kekreatifan, dan visi dan tujuan ke depan dalam rangka menatap realitas masyarakat yang semakin global. Menurut pandangan Gorton, kepala sekolah adalah agen pembaharu, sangat penting dalam inovasi pendidikan. [20] Tugas pokok dalam inovasi pendidikan adalah menilai efektivitas program, mengkaji, mengembangkan dan mengimplementasikan program pengembangan madrasah.

Hal ini dapat dipahami bahwa pimpinan atau kepala sekolah adalah top leader dari suatu lembaga pendidikan. Sebagai pemimpin harus memberikan hal yang terbaik bagi pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan yang dipimpin, yaitu : ide-ide inovasi, keteladanan, disiplin, berwibawa, melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Oleh sebab itu, kepala sekolah menjalankan dua belas langkah ;

a. Kepala sekolah sebelum melangkah lebih jauh perlu tahu tugasnya sendiri. Tugas pokok tersebut menjadi pedoman untuk melaksanakan kegiatan sehingga tidak menyimpang dari tugas pokoknya. Andaikata ada penyimpangan, akan cepat kembali kepada tugas pokoknya sebagai rujukan.

b. Tahu jumlah pembantunya. Hal ini sangat perlu terutama untuk pembagian tugas secara adil. Sebab pemimpin yang disenangi atau disukai, bila salah satu tidak masuk, maka tugasnya dapat dilimpahkan kepada yang lain sehingga tidak sampai merugikan madrasah.

c. Tahu nama-nama pembantunya. Orang akan lebih cepat datang bila dipanggil nama pribadinya.

d. Tahu tugas masing-masing pembantunya. Hal ini memudahkan sistem kontrol, bila terjadi hal-hal yang diinginkan.

e. Memperhatikan terhadap kehadiran para pembantunya. Kepala madrasah perlu jeli terhadap kehadiran pembantunya. Hal ini sangat dimungkinkan ketidakhadirannya memerlukan pertolongan atau bantuan karena salah satu keluarganya kena musibah.

f. Memperhatikan peralatan pembantunya. Alat kerja yang baik dapat membantu kelancaran pekerjaan.

g. Menilai pembantunya. Menilai pembantu bukan berarti mencari kesalahan. Hasil dari penilaian tersebut, kepala madrasah akan mudah memberikan tugas sesuai dengan kemampuannya dan memberikan prioritas mana yang perlu diberi bimbingan.

h. Mengambil tindakan-tindakan. Kepala madrasah yang bertanggung jawab tidak membiarkan pembantunya atau stafnya yang menyeleweng.

i. Memperhatikan karier pembantunya. Hal ini sangat diperlukan agar karier pembantunya tidak terhambat, malah semakin meningkat.

j. Memperhatikan kesejahteraan, baik dirinya dan stafnya.

k. Menciptakan suasana kekeluargaan

l. Memberikan laporan kepada atasannya. Hal ini dimaksudkan agar kepala madrasah cepat mengetahui apa yang terjadi, bila perlu segera mengambil tindakan.

Disamping itu Ibrahim berpandangan bahwa, peran kepala sekolah dalam melaksanakan inovasi pendidikan, [21] adalah : - Merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus inovasi pendidikan yang akan dilaksanakan dengan rumusan yang jelas, - Mengidentifikasi masalah, - Menentukan kebutuhan, - Mengidentifikasi sumber penunjang dan penghambat, - Menentukan alternatif kegiatan berdasarkan faktor penunjang yang ada serta mempertimbangkan adanya hambatan yang mungkin timbul baik dari dalam sistem (madrasah) maupun dari luar sistem (masyarakat), - Menentukan alternatif pemecahan masalah, - Menentukan alternatif cara pendayagunaan sumber yang ada, - Menentukan kriteria untuk memilih alternatif pemecahan masalah, - Menetukan alternatif pengambil keputusan, - Menentukan kriteria untuk menilai hasil inovasi pendidikan berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan.

6. Adapun bentuk-bentuk inovasi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah adalah:

6.1. Inovasi Fisik

a. Kurikulum

Inovasi/pembaharuan kurikulum yang dilakukan oleh Kepala sekolah adalah modifikasi kurikulum, yaitu menambah jam pelajaran 45 jam permingu menjadi 48 jam. Atau 70 % ilmu umum harus dibaca 100 % dalam proses pelaksanaan pengajarannya. Hal ini dilakukan oleh kepala sekolah agar tidak kalah dengan sekolah lain, siswa dapat memahami ilmu umum dan ilmu agam secara seimbang. Disamping itu juga menerapkan integrated learning, dan integrated curriculum. Integrated learning adalah pengintegrasian materi-materi agama ke dalam materi umum. Integrated curriculum adalah penerapan perpaduan antara pelajaran umu dengan agama. Dengan upaya pengintegrasian tersebut, siswa mengalami peningkatan kualitas pendidikan, baik dari aspek kualitas akademik dan aspek psikis dengan meningkatnya moralitas anak. Jadi adanya keseimbangan antara pemahaman ilmu umum dan pemilikan akhlaq.

b. Inovasi Sarana dan prasarana

Inovasi pengelolaan sarana dan prasarana dapat terwujud melalui kerjasama sekolah dengan orang tua siswa (komite sekolah), misalnya membangun gedung, LAB bahasa, LAB IPA, komputerisasi, dan lain-lain.

c. Inovasi Pengelolaan Keuangan

Ide gagasan inovasi pengelolaan keuangan dengan konsep open management yang datang dari kepala sekolah kepada bawahan harus ditangkap secara matang dalam proses mengambil kebijakan demi lancarnya proses pembelajaran di sekolah. Proses pengelolaan keuangan di sekolah dapat melalui dua tahapan yaitu, tahapan penerimaan yang khusus dipegang satu orang, tahapan pengeluaran dipegang dan dikontrol satu orang. Proses pembelanjaan keuangan, dipasrahkan kepada guru dan karyawan. Sebagai bukti laporan menyerahkan secara rasional dan profesional.

Dari uraian di atas, bahwa konsep inovasi pengelolaan keuangan, menggunakan konsep self managing school sebagai pengejawantahan manajemen berbasis sekolah [22] (Fattah:7-8), yaitu pelibatan pada bawahan untuk mengelola keuangan sebaik mungkin.

d. Inovasi Strategi Pembelajaran

Inovasi strategi pembelajaran yang dilaksanakan diantaranya, yaitu team teaching, guru bidang studi, class grouping, rotation class, bimbingan ebtanas, pondok ebtanas, penggunaan 101 strategi pembelajaran.

6.2 Inovasi non Fisik

a. Pengelolaan siswa

Dalam konsep inovasi, bahwa siswa merupakan faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan inovasi pendidikan. Siswa terlibat langsung dalam proses belajar mengajar di sekolah. Inovasi pengelolaan siswa dapat dimulai dari penerimaan siswa baru, yaitu melalui seleksi yang matang tidak asal terima, kemudian digodok melalui proses belajar mengajar yang berkwalitas sehingga menghasilkan out put (lulusan yang kwalitas).

b. Pengelolaan tenaga guru

Proses inovasi pengelolaan guru merupakan salah satu kunci keberhasilan (key to succesfullnes) sekolah, sebab guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang mempengaruhi keberhasilan dalam institusi pendidikan. Untuk itu, diperlukan profesionalisasi guru dibidang pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Profesionalisasi guru diperlukan untuk melangsungkan proses inovasi di sekolah. Kecerdikan, kekreatifan, dan memiliki etos dan komitmen yang tinggi tumbuh berkembang secara personal profesional merupakan sikap inovatif yang dibutuh-kan pula untuk melaksanakan inovasi pendidikan sekolah.

c. Pengelolaan hubungan masyarakat

Konsep school based management (manajemen berbasis sekolah) yang diterapkan di sekolah, salah satunya proses pelibatan orang tua siswa terhadap keputusan lembaga, menumbuhkan rasa memiliki "mutual support". Masyarakat saling mendukung keputusan yang telah dicapai bersama bahkan bertanggung jawab atas maju tidaknya sekolah. Sehingga masyarakat menaruh kepercayaan, harapan yang tinggi terhadap sekolah.

 

C. Kesimpulan

Kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak terkait untuk bekerja atau berperan guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Cara kepala sekolah untuk membuat orang lain bekerja untuk mencapai tujuan sekolah merupakan inti kepemimpinan kepala sekolah.

Kepala sekolah dapat berhasil melaksanakan inovasi pendidikan tergantung gaya kepemimpinannya. Adapun gaya kepemimpinan kepala sekolah, adalah: partisipasi, konsultasi, delegasi, instruksi. Namun diantara gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan dalam melaksanakan inovasi pendidikan adalah partisipasi.

Adapun bentuk-bentuk inovasi pendidikan yang dilaksanakan kepala sekolah adalah 1. Inovasi fisik : inovasi kurikulum, sarana dan prasarana, pengelolaan keuangan, strategi pembelajaran, 2. Inovasi non fisik : pengelolaan siswa, pengelolaan guru, pengelolaan hubungan masyarakat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka:

[2] Burhanuddin, Manajemen Pendidikan: Wacana Proses dan Aplikasinya di Sekolah, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2002), h. 134

[3] Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 156

[4] Hemphill, J. K, dan Coon A. E, Development of the Leader Behavior Description Questionnaire. In R. M. Stogdill and A.E. Coon (Eds), Leader Behavior: Its Description and Measurement. (Columbus, Ohio: Bureau of Business Research, Ohio State University, 1957), h. 2

[5] Tannenbaun, Weschler, dan Massarik. F, Leadership and Organization, (New York: McGraw-Hill, 1961), h. 24

[6] Dapat dilihat dalam paparan yang diulas oleh Sarbinor Karim, (ed), Awang Faroek Ishak di Mata Para Sahabat, (Jakarta: Indomedia, 2003), h. 85-86

[7] Ibid

[8] Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, op. cit, h. 164

[9] Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, op. cit, h. 164

[10] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tijauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h. 33

[11] G. Yukl, Leadhership in Organization, (Englewood Cliff, Nj: Prentice Hall, 2nd ed, 1994), h. 241

[12] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 541

[13] W. Soemanto, Petunjuk Untuk Pembinaan Pendidikan, (Surabaya – Indonesia: Usaha Nasional, 1980), h. 62

[14] Wuradji, Sosiologi Pendidikan Sebuah Pendekatan Sosio – Antropologi, (Jakarta: P2LPTK, 1988), h. 29

[15] Ibid, h. 27

[16] Knirk, Frederick G. Gustafson, Kent L, Instructional Technology A Systematic Approach to Education, (New York: CBS College Publishing, 1986), h 233

[17] Ibid, h. 234

[18] Ibid, h. 235

[19] Cece Widjaya (ed), Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran, (Bandung: Rosda Karya, 1988), h. 5

[20] R. A. Gorton, School Administration Challenge and Opportunity For Leadership, (New York : Win. C. Brown Company Publisher, 1976), h. 215

[21] Ibrahim, Inovasi Pendidikan (Jakarta: Depdikbud Dikti, Proyek Pengembangan Tenaga Kependidikan, 1998), h. 172

[22] Nanang Fattah, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: CV. Andria, 2000), h. 7 - 8

Q R<3th�XpYlist 36.0pt;vertical-align: baseline'>2.      Kepala sekolah mampu menciptakan tantangan kinerja sekolah (kesenjangan antara kinerja yang aktual/nyata dan kinerja yang diharapkan). Berangkat dari sini, kemudian dirumuskan sasaran yang akan dicapai oleh sekolah, dilanjutkan dengan memilih fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran, lalu melakukan analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat) untuk menemukan faktor-faktor yang tidak siap (mengandung persoalan), dan mengupayakan langkah-langkah pemecahan persoalan. Sepanjang masih ada persoalan, maka sasaran tidak akan pernah tercapai.

3.      Kepala sekolah mengupayakan teamwork yang kompak/kohesif dan cerdas, serta membuat saling terkait dan terikat antar fungsi dan antar warganya, menumbuhkan solidaritas/kerjasama/kolaborasi dan bukan kompetisi sehingga terbentuk iklim kolektifitas yang dapat menjamin kepastian hasil/output sekolah.

4.      Kepala sekolah menciptakan situasi yang dapat menumbuhkan kreativitas dan memberikan peluang kepada warganya untuk melakukan eksperimentasi-eksperimentasi untuk menghasilkan kemungkinan-kemungkinan baru, meskipun hasilnya tidak selalu benar (salah). Dengan kata lain, kepala sekolah mendorong warganya untuk mengambil dan mengelola resiko serta melindunginya sekiranya hasilnya salah.

5.      Kepala sekolah memiliki kemampuan dan kesanggupan menciptakan sekolah belajar .

6.      Kepala sekolah memiliki kemampuan dan kesanggupan melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah sebagai konsekuensi logis dari pergeseran kebijakan manajemen, yaitu pergeseran dari Manajemen Berbasis Pusat menuju Manajemen Berbasis Sekolah (dalam kerangka otonomi daerah).

10.  Kepala sekolah memusatkan perhatian pada pengelolaan proses belajar mengajar sebagai kegiatan utamanya, dan memandang kegiatan-kegiatan lain sebagai penunjang/pendukung proses belajar mengajar. Karena itu, pengelolaan proses belajar mengajar dianggap memiliki tingkat kepentingan tertinggi dan kegiatan-kegiatan lainnya dianggap memiliki tingkat kepentingan lebih rendah.

11.  Kepala sekolah mampu dan sanggup memberdayakan sekolahnya (Slamet PH, 2000), terutama sumberdaya manusianya melalui pemberian kewenangan, keluwesan, dan sumberdaya.

  

BAB III

PENUTUP

Kepemimpinan kepala sekolah yang konsisten akan aturan yang berlaku besar sekali pengaruhnya terhadap peningkatan mutu di sekolah dengan catatan adanya interaksi antara kepala sekolah dan guru serta para orangtua saling menunjang dan mengisi masing-masing konsisten dan tanggung jawab atas hak dan kewajibannya sehingga tercipta situasi dan kondisi yang diinginkan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000. Panduan Manajemen Sekolah, Depdiknas, Dikmenum

Anonim, 2000. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan/Kultur Sekolah, Depdiknas, hand out pelatihan calon kepala sekolah, Direktorat Sekolah lanjutan Pertama, 2000.

Gaspersz, Vincent. 2000. Penerapan Total Management In Education (TQME) Pada Perguruan Tinggi di Indonesia, Jurnal Pendidikan (online), Jilid 6, No. 3 (http://www.ut.ac.id diakses 20 Januari 2001).

Moh. Iwan Apriyadi. 2007. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. Artikel dipublikasikan diinternet.

Slamet, PH. 2000. Karakteristik Kepala Sekolah Yang Tangguh, Jurnal Pendidikan, Jilid 3, No. 5 (online) (http://www.ut.ac.id diakses 20 Januari 2001).

Sudarsono. 2007. Manajemen Kepala Sekolah Dalam Pelayanan Publik. Makalah dipublikasikan diinternet.

Usman, Husaini, Peran Baru Administrasi Pendidikan dari Sistem Sentralistik Menuju Sistem Desentralistik, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Februari 2001, Jilid 8, Nomor 1.




Leave a Reply.