PENDAHULUAN

Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan di masa lalu. Masa di mana Islam menjadi trendsetter sebuah peradaban modern. Peradaban yang dibangun untuk kesejahteraan umat manusia di muka bumi ini.

Masa kejayaan itu bermula saat Rasulullah mendirikan pemerintahan Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah di Madinah. Tongkat kepemimpinan bergantian dipegang oleh Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Usman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, dan seterusnya. Di masa Khulafa as-Rasyiddin ini Islam berkembang pesat. Perluasan wilayah menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya penyebarluasan Islam ke seluruh penjuru dunia. Islam datang membawa rahmat bagi seluruh umat manusia. Penaklukan wilayah-wilayah, adalah
sebagai bagian dari upaya untuk menyebarkan Islam, bukan menjajahnya. Itu sebabnya, banyak orang yang kemudian tertarik kepada Islam. Satu contoh menarik adalah tentang Futuh Makkah (penaklukan Makkah), Rasulullah dan sekitar 10 ribu pasukannya memasuki kota Makkah. Kaum Quraisy menyerah dan berdiri di bawah kedua kakinya di pintu Kabah. Mereka menunggu hukuman Rasul setelah mereka menentangnya selama 21 tahun. Namun, ternyata Rasulullah justru memaafkan mereka.

Begitu pula yang dilakukan oleh Shalahuddin al-Ayubi ketika merebut kembali Yerusalem dari tangan Pasukan Salib Eropa, ia malah melindungi jiwa dan harta 100 ribu orang Barat. Shalahuddin juga memberi ijin ke luar kepada mereka dengan sejumlah tebusan kecil oleh mereka yang mampu, juga membebaskan sejumlah besar orang-orang miskin. Panglima Islam ini pun membebaskan 84 ribu orang dari situ. Malah, saudaranya, al - Malikul Adil, membayar tebusan untuk 2 ribu orang laki -laki di antara mereka.

Padahal 90 tahun sebelumnya, ketika pasukan Salib Eropa merebut Baitul Maqdis, mereka justru melakukan pembantaian. Diriwayatkan bahwa ketika penduduk al-Quds berlindung ke Masjid Aqsa, di atasnya dikibarkan bendera keamanan pemberian panglima Tancard. Ketika masjid itu sudah penuh dengan orang-orang (orang tua, wanita dan anak- anak), mereka dibantai habis-habisan seperti menjagal kambing. Darah-darah muncrat mengalir di tempat ibadah itu setinggi lutut penunggang kuda. Kota menjadi bersih oleh penyembelihan penghuninya secara tuntas. Jalan-jalan penuh dengan kepala-kepala yang hancur, kaki-kaki yang putus dan tubuh-tubuh yang rusak. Para sejarawan muslim menyebutkan jumlah mereka yang dibantai di Masjid Aqsa sebanyak 70 ribu orang. Para sejarawan Perancis sendiri tidak mengingkari pembantaian mengerikan itu, bahkan mereka

kebanyakan menceritakannya dengan bangga.

Fakta ini cukup membuktikan betapa Islam mampu memberikan perlindungan kepada penduduk yang wilayahnya ditaklukan. Karena perang dalam Islam memang bukan untuk menghancurkan, tapi memberi kehidupan. Dengan begitu, Islam tersebar ke hampir sepertiga wilayah di dunia ini.

Peradaban Islam memang mengalami jatuh-bangun, berbagai peristiwa telah menghiasi perjalanannya. Meski demikian, orang tidak mudah untuk begitu melupakan peradaban emas yang berhasil ditorehkannya untuk umat manusia ini. Pencerahan pun terjadi di segala bidang dan di seluruh dunia.

Andalusia, yang menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam, telah melahirkan ribuan ilmuwan, dan menginsiprasi para ilmuwan Barat untuk belajar dari kemajuan iptek yang dibangun kaum muslimin.

PEMBAHASAN

PERADABAN YANG MENJADI PIONER MASA DEPAN

Peradaban Yunani merupakan sebuah peradaban yang brilian. Dari sana terbukti (melalui peninggalan artefak) dihasilkan berbagai cikal ilmu dari mulai bidang matematika, geografi, astronomi sampai bidang kedokteran. Tokoh-tokoh yang memeloporinya antara lain Aristoteles, Socrates, Archimedes, Euclid, Galen, dan Ptolemy. Kejayaan ini kemudian diwarisi oleh imperium Romawi yang cakupannya meliputi seluruh Eropa ditambah sebagian Timur Tengah dan Afrika Utara. Pada abad ke-5 Masehi, akhirnya Romawi runtuh oleh invasi para barbarian.

Kejatuhan Romawi mengakibatkan timbulnya apa yang disebut masa The Dark Age. Selama sepuluh abad, Eropa mengalami kemunduran peradaban. Tentu saja dekadensi ini juga termasuk dekadensi di bidang ilmu pengetahuan. Hal ini dapat teramati dari kajian sejarah untuk masa The Dark Age (515 M) yang sama sekali kosong dari kajian perkembangan ilmu serta hanya menyisakan kajian tentang feodalisme, agama, dan peperangan.

Sekitar akhir abad ke-15 hingga abad ke-17 terjadilah kebangkitan Eropa yang dikenal dengan Renaissance. Tiba-tiba saja kecemerlangan peradaban Yunani-Romawi pulih dengan sains, teknologi, dan seni sebagai indikatornya. Muncul pertanyaan, dimanakah beredarnya

ilmu pengetahuan dalam rentang sepuluh abad kegelapan Barat? Jawabannya adalah peradaban Islam. Zaman keemasan Islam diwarnai dengan pewarisan pusaka sains Yunani dan pengembangan serta penerapannya yang kemudian diadopsi Barat untuk meraih kebangkitan kembali. Sebuah sumbangsih filsafat Islam bagi kemajuan sains Barat.

a. ILMU MENURUT ISLAM

Di satu sisi, dorongan untuk menuntut ilmu digambarkan Al-Quran pada wahyu paling pertama yang diturunkan. “Iqro”, begitulah redaksi perintah tersebut. Kata iqro tidak semata diartikan sebagai “bacalah”, tapi juga bisa diartikan sebagai telitilah, dalamilah, serta ketahuilah. Pada ayat tersebut, tidak disebutkan tentang apa yang harus “dibaca” tetapi memberikan koridor “dengan nama Rabb” yang menunjukkan bahwa aktivitas itu harus bernilai ibadah dan secara umum juga bernilai bagi kehidupan. Untuk itu, maka tinjaulah alam, tinjaulah sejarah, sampai tinjaulah diri sendiri. Alat peninjau itu pun sudah dipaparkan secara eksplisit oleh Al-Quran. Potensi yang dimiliki manusia untuk memahami pengetahuan adalah pendengaran, penglihatan, akal, dan hati. Dorongan untuk menguasai teknologi menjadi semakin kuat dengan pernyataan dalam Al-Quran bahwa alam ditundukkan untuk dikuasai manusia.

Adapula sebuah motif tidak langsung yang ditimbulkan oleh Al-Quran terhadap penyelidikan ilmiah. Hasrat utama umat Muslim adalah memahami kandungan dari pedoman hidup mereka, yaitu Al-Quran. Sebagian ada yang “mudah” dipahami namun ada juga sebagian yang tidak dapat dipahami kecuali dengan pengetahuan ilmiah. Dengan bermacam ayat-ayat tentang fenomena alam maka para penafsir akan merasa perlu untuk memiliki macam-macam pengetahuan ilmiah sehingga akhirnya dapat menguak makna yang dimaksud oleh Al-Quran.

Di sisi lain, Al-Quran juga memberikan gambaran-gambaran umum tentang objek sains yang dapat dipelajari. Objek ini diistilahkan dengan ayat yang ada pada alam maupun pada diri manusia itu sendiri (bahasa dan logika). Dikatakan bahwa ada sekitar 700 ayat yang membicarakan fenomena alam. Penjelasannya kadang umum dan kadang rinci dan semuanya bernilai kebenaran (Al-Quran adalah kebenaran mutlak). Banyak pembicaraan tentang penciptaan alam, astronomi, bumi, hewan, tumbuhan, sampai tentang kelahiran manusia. Hal-hal tersebut malah dewasa ini dapat dibuktikan oleh sains modern

Berbeda dengan sekularisme Barat, Islam mengembangkan ilmu pengetahuan dalam kerangka religi. Islam menjadi alat utama dalam usaha ilmiah para penganutnya. Sebagai bukti, banyak ayat Al-Quran dan perkataan Rasul (Hadits) yang menjadi bahan bakar yang luar biasa bagi umat Muslim untuk mempelajari ilmu. Anjuran menuntut ilmu, teguran untuk memikirkan, penghargaan bagi siapa yang mengetahui, dan sebagainya bertebaran dalam kitab suci kaum Muslim. Hal ini diperkuat dengan pemaparan Al-Quran tentang fenomena-fenomena alam beserta kompleksitasnya, keserasiannya, dan kesempurnaannya yang semakin merangsang untuk diselidiki. Belum lagi dari sisi syari`at, dimana pemeluk seakan dipaksa menguasai ilmu pengetahuan guna menunjang pelaksanaan ibadah. Sebagai contoh, ibadah shalat yang harus dilaksanakan pada waktunya serta ibadah puasa yang wajib dilakukan pada bulan tertentu sehingga mutlak dibutuhkan penguasaan terhadap siklus waktu peredaran matahari dan bulan. Pun dengan hukum waris yang menuntut keahlian hitung (matematika) Akhirnya kesemuanya itu terbingkai dalam tujuan tertinggi untuk mengenal, mengabdi, dan mendekatkan diri kepada Allah.

3. AHLI KIMIA DAN TOKOH MUSLIM

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa pada masa keemasan islam dalam bidang ilmu kimia, islam mempunyai beberapa nama yang menjadi pelopor perkembangan ilmu kimia. Adalah Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan (721-815 H), ilmuwan Muslim pertama yang menemukan dan mengenalkan disiplin ilmu kimia. Lahir di kota peradaban Islam klasik, Kuffah (Irak), ilmuwan Muslim ini lebih dikenal dengan nama Ibnu Hayyan. Sementara di Barat ia dikenal dengan nama Ibnu Geber. Ayahnya, seorang penjual obat, meninggal sebagai 'syuhada' demi penyebaran ajaran Syi'ah. Jabir kecil menerima pendidikannya dari raja bani Umayyah, Khalid Ibnu Yazid Ibnu Muawiyah, dan imam terkenal, Jakfar Sadiq. Ia juga pernah berguru pada Barmaki Vizier pada masa kekhalifahan Abbasiyah pimpinan Harun Al Rasyid.

Ditemukannya kimia oleh Jabir ini membuktikan, bahwa ulama di masa lalu tidak selalu ahli dalam ilmu-ilmu agama, tetapi juga menguasai ilmu-ilmu umum. "Sesudah ilmu kedokteran, astronomi, dan matematika, bangsa Arab memberikan sumbangannya yang terbesar di bidang kimia," tulis sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam History of The Arabs. Berkat penemuannya ini pula, Jabir dijuluki sebagai Bapak Kimia Modern.

Dalam karirnya, ia pernah bekerja di laboratorium dekat Bawwabah di Damaskus. Pada masa-masa inilah, ia banyak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru di sekitar kimia. Berbekal pengalaman dan pengetahuannya itu, sempat beberapa kali ia mengadakan penelitian soal kimia. Namun, penyelidikan secara serius baru ia lakukan setelah umurnya menginjak dewasa. Dalam penelitiannya itu, Jabir mendasari eksperimennya secara kuantitatif dan instrumen yang dibuatnya sendiri, menggunakan bahan berasal dari logam, tumbuhan, dan hewani. Jabir mempunyai kebiasaan yang cukup

konstruktif mengakhiri uraiannya pada setiap eksperimen. Antara lain dengan penjelasan : “Saya pertamakali mengetahuinya dengan melalui tangan dan otak saya dan saya menelitinya hingga sebenar mungkin dan saya mencari kesalahan yang mungkin masih terpendam”. Dari Damaskus ia kembali ke kota kelahirannya, Kuffah. Setelah 200 tahun kewafatannya, ketika penggalian tanah dilakukan untuk pembuatan jalan, laboratoriumnya yang telah punah, ditemukan. Di dalamnya didapati peralatan kimianya yang hingga kini masih mempesona, dan sebatang emas yang cukup berat.

a. Teori Jabir

Pada perkembangan berikutnya, Jabir Ibnu Hayyan membuat instrumen pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan oksidasi-reduksi. Semua ini telah ia siapkan tekniknya, praktis hampir semua 'technique' kimia modern. Ia membedakan antara penyulingan langsung yang memakai bejana basah dan tak langsung yang memakai bejana kering. Dialah yang pertama mengklaim bahwa air hanya dapat dimurnikan melalui proses penyulingan.

Khusus menyangkut fungsi dua ilmu dasar kimia, yakni kalsinasi dan reduksi, Jabir menjelaskan, bahwa untuk mengembangkan kedua dasar ilmu itu, pertama yang harus dilakukan adalah mendata kembali dengan metoda-metoda yang lebih sempurna, yakni metoda penguapan, sublimasi, destilasi, penglarutan, dan penghabluran. Setelah itu, papar Jabir, memodifikasi dan mengoreksi teori Aristoteles mengenai dasar logam, yang tetap tidak berubah sejak awal abad ke 18 M. Dalam setiap karyanya, Jabir melaluinya dengan terlebih dahulu melakukan riset dan eksperimen. Metode inilah yang mengantarkannya menjadi ilmuwan besar Islam yang mewarnai renaissance dunia Barat.

Namun demikian, Jabir tetap saja seorang yang tawadlu' dan berkepribadian mengagumkan. "Dalam mempelajari kimia dan ilmu fisika lainnya, Jabir memperkenalkan eksperimen objektif, suatu keinginan memperbaiki ketidakjelasan spekulasi Yunani. Akurat dalam pengamatan gejala, dan tekun mengumpulkan fakta. Berkat dirinya, bangsa Arab tidak mengalami kesulitan dalam menyusun hipotesa yang wajar," tulis Robert Briffault. Menurut Briffault, kimia, proses pertama penguraian logam yang dilakukan oleh para metalurg dan ahli permata Mesir, mengkombinasikan logam dengan berbagai campuran dan mewarnainya, sehingga mirip dengan proses pembuatan emas. Proses demikian, yang tadinya sangat dirahasiakan, dan menjadi monopoli perguruan tinggi, dan oleh para pendeta disamarkan ke dalam formula mistik biasa, di tangan Jabir bin Hayyan menjadi terbuka dan disebarluaskan melalui penyelidikan, dan diorganisasikan dengan bersemangat.

Terobosan Jabir lainnya dalam bidang kimia adalah preparasi asam sendawa, hidroklorik, asam sitrat dan asam tartar. Penekanan Jabir di bidang eksperimen sistematis ini dikenal tak ada duanya di dunia. Inilah sebabnya, mengapa Jabir diberi kehormatan sebagai 'Bapak Ilmu Kimia Modern' oleh sejawatnya di seluruh dunia. Dalam tulisan Max Mayerhaff, bahkan disebutkan, jika ingin mencari akar pengembangan ilmu kimia di daratan Eropa, maka carilah langsung ke karya-karya Jabir Ibnu Hayyan. Puaskah Jabir? Tidak! Ia terus mengembangkan keilmuannya sampai batas tak tertentu. Dalam hal teori keseimbangan misalnya, diakui para ilmuwan modern sebagai terobosan baru dalam prinsip dan praktik alkemi dari masa sebelumnya. Sangat spekulatif, di mana Jabir berusaha mengkaji keseimbangan kimiawi yang ada di dalam suatu interaksi zat-zat berdasarkan sistem numerologi (studi mengenai arti klenik dari sesuatu dan pengaruhnya atas hidup manusia) yang diterapkannya dalam kaitan dengan alfabet 28 huruf Arab untuk memperkirakan proporsi alamiah dari produk sebagai hasil dari reaktan yang bereaksi. Sistem ini niscaya memiliki arti esoterik, karena kemudian telah menjadi pendahulu penulisan jalannya reaksi kimia.

Jelas dengan ditemukannya proses pembuatan asam anorganik oleh Jabir telah memberikan arti penting dalam sejarah kimia. Di antaranya adalah hasil penyulingan tawas, amonia khlorida, potasium nitrat dan asam sulferik. Pelbagai jenis asam diproduksi pada kurun waktu eksperimen kimia yang merupakan bahan material berharga untuk beberapa proses industrial. Penguraian beberapa asam terdapat di dalam salah satu manuskripnya berjudul Sandaqal-Hikmah (Rongga Dada Kearifan) .

Seluruh karya Jabir Ibnu Hayyan lebih dari 500 studi kimia, tetapi hanya beberapa yang sampai pada zaman Renaissance. Korpus studi kimia Jabir mencakup penguraian metode dan peralatan dari pelbagai pengoperasian kimiawi dan fisikawi yang diketahui pada zamannya. Di antara bukunya yang terkenal adalah Al Hikmah AlFalsafiyah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin berjudul Summa Pefecd on is.

Suatu pernyataan dari buku ini mengenai reaksi kimia adalah: "Air raksa (merkuri) dan belerang (sulfur) bersatu membentuk satu produk tunggal, tetapi salah jika menganggap bahwa produk ini sama sekali baru dan merkuri serta sulfur berubah keseluruhannya secara lengkap. Yang benar adalah bahwa, keduanya mempertahankan karakteristik alaminya, dan segala yang terjadi adalah sebagian dari kedua bahan itu berinteraksi dan bercampur, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara seksama. Jika dihendaki memisahkan bagian-bagian terkecil dari dua kategori itu oleh instrumen khusus, maka akan tampak bahwa tiap elemen (unsur) mempertahankan karakteristik teoretisnya. Hasilnya adalah suatu kombinasi kimiawi antara unsur yang terdapat dalam keadaan keterkaitan permanen tanpa perubahan karakteristik dari masing- masing unsur."

Ide-ide eksperimen Jabir itu sekarang lebih dikenal/dipakai sebagai dasar untuk mengklasifikasikan unsur-unsur kimia, utamanya pada bahan metal, nonmetal dan penguraian zat kimia. Dalam bidang ini, ia merumuskan tiga tipe berbeda dari zat kimia berdasarkan unsur-unsurnya:

1. Air (spirits), yakni yang mempengaruhi penguapan pada proses pemanasan, seperti pada bahan camphor, arsenik dan amonium klorida,

2. Metal, seperti pada emas, perak, timah, tembaga, besi, dan

3. Bahan campuran, yang dapat dikonversi menjadi semacam bubuk.

Sampai abad pertengahan risalah-risalah Jabir di bidang ilmu kimia --termasuk kitabnya yang masyhur, yakni Kitab Al-Kimya dan Kitab AlSab'een, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Terjemahan Kitab Al Kimya bahkan telah diterbitkan oleh ilmuwan Inggris, Robert Chester pada 1444, dengan judul Thebook of the Composition ofAlchemy. Sementara buku kedua Kitab Al Sab'een, diterjemahkan oleh Gerard Cremona.

Berikutnya di tahun 1678, ilmuwan Inggris lainnya, Richard Russel, mengalihbahasakan karya Jabir yang lain dengan judul Summa ofPe rfection. Berbeda dengan pengarang sebelumnya, Richard-lah yang pertama kali menyebut Jabir dengan sebutan Geber, dan memuji Jabir sebagai seorang pangeran Arab dan filsuf. Buku ini kemudian menjadi sangat populer di Eropa selama beberapa abad lamanya. Dan telah pula memberi pengaruh pada evolusi ilmu kimia modern

Karya lainnya yang telah diterbitkan adalah; Kitab al Rahmah, Kitab alTajmi,AlZ ilaq al

Sharqi,Book of Thekingdom, Book of Eastern Mercury, dan Book ofBa l a nce(ketiga buku

terakhir diterjemahkan oleh Berthelot). "Di dalamnya kita menemukan pandangan yang sangat mendalam mengenai metode riset kimia," tulis George Sarton. Dengan prestasinya itu, dunia ilmu pengetahuan modern pantas 'berterima kasih' padany a.

b. Muhammad Ibn Zakariya ar-Razi

Ilmuwan Muslim lainnya yang berjasa melakukan revolusi dalam ilmu kimia adalah

Al-Razi (lahir 866 M). Dalam karyanya berjudul, Secret of Secret, Al-Razi mampu membuat

klasifikasi zat alam yang sangat bermanfaat. Ia membagi zat yang ada di alam menjadi tiga, yakni zat keduniawian, tumbuhan, dan zat binatang. Soda serta oksida timah merupakan hasil kreasinya. Al-Razi pun tercatat mampu membangun dan mengembangkan laboratorium kimia bernuansa modern. Ia menggunakan lebih dari 20 peralatan laboratorium pada saat itu. Dia juga menjelaskan eksperimen-eksperimen yang dilakukannya. "Al-Razi merupakan ilmuwan pelopor yang menciptakan laboratorium modern," ungkap Anawati dan Hill. Bahkan, peralatan laboratorium yang digunakannya pada zaman itu masih tetap dipakai hingga sekarang. "Kontribusi yang diberikan Al-Razi dalam ilmu kimia sungguh luar biasa penting," cetus Erick John Holmyard (1990) dalam bukunya, Alchemy. Berkat Al-Razi pula industri farmakologi muncul di dunia.

c.Al-Majriti

Sosok kimiawan Muslim lainnya yang tak kalah populer adalah Al-Majriti (950 M-

1007 M). Ilmuwan Muslim asal Madrid, Spanyol, ini berhasil menulis buku kimia bertajuk,

RutbatAl -Hakim. Dalam kitab itu, dia memaparkan rumus dan tata cara pemurnian logam

mulia. Dia juga tercatat sebagai ilmuwan pertama yang membuktikan prinsip-prinsip kekekalan massa yang delapan abad berikutnya dikembangkan kimiawan Barat bernama Lavoisier.

Perkembangan kimia membawa kemajuan yang sangat berarti di bidang farmakologi. Farmasi tersebar di kota-kota Islam, terutama Baghdad dan Kordoba. Banyak sarjana Muslim terkenal adalah seorang farmakolog. Seperti Ibnu Sina yang juga melahirkan sebuah buku terkenal berjudula l -Q â n û nfi a t -Ti b b, yang berisikan beberapa bab mengenai farmasi dan deskripsi tentang obat-obatan. Ilmuwan lain dari Spanyol, Ibnu Wafid, juga

seorang farmakolog yang mengutamakan pengobatan dengan cara diet yang tepat dan

campuranaobat-obatanasederhana.

Sejarah peradaban Islam pun merekam kontribusi Al-Biruni (wafat 1051 M) dalam bidang kimia dan farmakologi. Dalam Kitab Al-Saydalah (Kitab Obat-obatan), dia menjelaskan secara detail pengetahuan tentang obat-obatan. Selain itu, ia juga menegaskan pentingnya peran farmasi dan fungsinya.

d. Kimia dan Islam

Ilmu kimia merupakan sumbangan penting yang telah diwariskan para kimiawan Muslim di abad keemasan bagi peradaban modern. Para ilmuwan dan sejarah Barat pun mengakui bahwa dasar-dasar ilmu kimia modern diletakkan para kimiawan Muslim. Tak heran, bila dunia menabalkan kimiawan Muslim bernama Jabir Ibnu Hayyan sebagai 'Bapak Kimia Modern'". Para kimiawan Muslim adalah pendiri ilmu kimia," cetus Ilmuwan berkebangsaan Jerman di abad ke-18 M. Will Durant dalam The Story of Civilization IV: The

Age of Faith, juga mengakui bahwa para kimiawan Muslim di zaman kekhalifahanlah yang

meletakkan fondasi ilmu kimia modern. Menurut Durant, kimia merupakan ilmu yang hampir seluruhnya diciptakan oleh peradaban Islam. "Dalam bidang ini (kimia), peradaban Yunani (seperti kita ketahui) hanya sebatas melahirkan hipotesis yang samar-samar," ungkapnya. Sedangkan, peradaban Islam, papar dia, telah memperkenalkan observasi yang tepat, eksperimen yang terkontrol, serta catatan atau dokumen yang begitu teliti.Tak hanya itu, sejarah mencatat bahwa peradaban Islam di era kejayaan telah melakukan revolusi dalam bidang kimia.

PROFIL MUSLIM MASA KINI

Ada dua hal yang umumnya dicari oleh manusia dalam hidup ini. Yang pertama ialah kebaikan (al-khair), dan yang kedua ialah kebahagiaan (as-saadah). Hanya saja setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda-beda ketika memahami hakikat keduanya. Perbedaan inilah yang mendasari munculnya bermacam ragam gaya hidup manusia.

Tentu bagi seorang muslim sudah menjadi kewajiban bahwa gaya hidup yang dilakukannya harus islami Gaya hidup islami berarti menjalani kehidupan dengan tata cara yang telah digariskan oleh islam yang tertuang dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Bergaya hidup Islami hukumnya wajib atas setiap Muslim, lawan dari gaya hidup islami adalah gaya hidupAjahiliAdanAhukumnyaAadalahAharam. Namun realita saat ini berkata lain, kita sering

melihat kenyataan banyak dari orang-orang muslim yang bergaya hidup kebarat-baratan. Hal ini membuat kita sangat prihatin dan sangat menyesal, sebab justru gaya hidup jahili (yang diharamkan) itulah yang melingkupi sebagian besar umat Islam.

Fenomena ini persis seperti yang pernah disinyalir oleh Rasulullah Saw. Beliau bersabda yang artinya: Tidak akan terjadi kiamat sebelum umatku mengikuti jejak umat beberapa abad sebelumnya, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta. Ada orang yang bertanya, Ya Rasulullah, mengikuti orang Persia dan Romawi? Jawab Beliau, Siapa lagi kalau bukan mereka? (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah z, shahih).

Hadits tersebut menggambarkan suatu zaman di mana sebagian besar umat Islam telah kehilangan kepribadian Islamnya karena jiwa mereka telah terisi oleh jenis kepribadian yang lain. Mereka kehilangan gaya hidup yang hakiki karena telah mengadopsi gaya hidup jenis lain. Kiranya tak ada kehilangan yang patut ditangisi selain dari kehilangan kepribadian dan gaya hidup Islami. Sebab apalah artinya mengaku sebagai orang Islam kalau gaya hidup tak lagi Islami malah persis seperti orang kafir? Inilah bencana kepribadian yang paling besar.

Larangan mengikuti / Menyerupai gaya hidup Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka (HR. Abu Dawud dan Ahmad, dari Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu hasan). Menurut hadits tersebut orang yang gaya hidupnya menyerupai umat yang lain (tasyabbuh) hakikatnya telah menjadi seperti mereka. Al-Munawi menambahkan bahwa tasyabuh atau menyerupai suatu kaum artinya secara lahir berpakaian seperti pakaian mereka, berlaku/ berbuat mengikuti gaya mereka dalam pakaian dan adat istiadat mereka. Satu di antara berbagai bentuk tasyabbuh yang sudah membudaya dan mengakar di masyarakat kita adalah pakaian Muslimah. Mungkin kita boleh bersenang hati bila melihat berbagai mode busana Muslimah telah mulai bersaing dengan mode-mode busana jahiliyah. Hanya saja masih sering kita menjumpai busana Muslimah yang tidak memenuhi standar seperti yang dikehendaki syariat.

Busana-busana itu masih mengadopsi mode ekspose aurat sebagai ciri pakaian jahiliyah. Adapun yang lebih memprihatinkan lagi adalah busana wanita kita pada umumnya, yang mayoritas beragama Islam ini, nyaris tak kita jumpai mode pakaian umum tersebut yang tidak mengekspose aurat. Kalau tidak memper-tontonkan aurat karena terbuka, maka ekspose itu dengan menonjolkan keketatan pakaian. Bahkan malah ada yang lengkap dengan dua bentuk itu; mempertontonkan dan menonjolkan aurat. Belum lagi

kejahilan ini secara otomatis dilengkapi dengan tingkah laku yang -kata mereka- selaras

dengan mode pakaian itu. Naudzubillahi min dzalik.

Tentu dengan melihat realita seperti ini maka tidak ada alasan bagi kita untuk tinggal diam. Sebab di luar sana sudah nyaris seluruh aspek kehidupan umat bertasyabbuh kepada orang-orang kafir yang jelas-jelas bergaya hidup jahili. Krisis yang terjadi di Indonesia beberapa tahun yang lalu sampai saat ini, bukan saja krisis moneter tapi juga krisis kepercayaan terhadap agama Islam oleh penganutnya sendiri. Krisis kepercayaan terhadap kebenaran Islam sebagai agama universal dan paripurna tidak dapat dipungkiri telah melanda banyak orang yang mengaku dirinya beragama Islam. Ini terbukti dengan gaya hidup mereka yang dilihat secara lahiriyah masih ada saja kesamaan dengan gaya hidup orang-orang yang nonMuslim.

Boleh jadi semua itu akibat ketidaktahuan atau ketidak fahaman. Namun ketidak tahuan itu adalah akibat bahwa kebanyakan kaum muslimin telah kehilangan kepercayaan terhadap Islam, sehingga mereka cenderung mengabaikan ajaran-ajarannya. Mempelajari ilmu-ilmu Islam dianggap ketinggalan jaman. Banyak orang Islam, bahkan kalangan akademik yang beranggapan mempelajari ilmu-ilmu Islam tanpa dicampur dengan teori- teori ilmu barat, suatu kemunduran. Tidak sesuai dengan perkembangan jaman dan seterusnya. Bukankah itu krisis kepercayaan terhadap Islam?

Maka sudah saatnya kita tersadar dengan fenomena-fenomena yang terjadi pada saat ini. Back toAl-Quran and As-Sunnah adalah jawaban dari semua itu, sebab keduanya (Al-Quran dan As-Sunnah) adalah panduan gaya hidup seorang muslim kapanpun dan dimanapun. Pendalaman akan ilmu pengetahuan dan mengembangkan teknologi menjadi suatu kewajiban jika kita menginginkan kejayaan islam kembali bergaung.

Sudah sepatutnya tokoh-tokoh ilmuwan islam menjadi panutan dan contoh bagi pemuda-pemuda muslim masa kini, gaya hidupnya, semangat untuk belajar dan meneliti para tokoh ilmuwan muslim bisa dijadikan referensi bila kita menginginkan kemajuan iptek berada dalam genggaman islam. Sekali lagi, tonggak sejarah masa depan islam ditentukan oleh kepribadian pemuda-pemuda muslim, atas izin Allah. Karena islam saat itu pun berkembang maju karena pemuda-pemuda islam yang intelek, selain pintar dan memahami secara dalam ilmu agama, mempelajari ilmu pengetahuan dan mengembangkan teknologi bukan menjadi kesukaran bagi mereka.

DAFTAR PUSTAKA

1)ht tp: // en. wi ki pedi a.or g/ wi ki /Al ch emy _an d_c h emi st ry _i n _I sl a m

2)Cahaya Islam, Hery Sucipto

3)Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/

4)http://en.wikipedia.org/wiki/Jabir_ibn_Hayyan
5)http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Razi
6)http://labitacoradealchemy.blogspot.com
7)http://alifmagz.com/wp/2010/04/07/mengenal-kimia-dalam-islam/
8) h ttp : / / d ra gon-sh i ri yu . b l ogsp ot. com/ 20 09/ 02/ i sl a m- d a n- k i mi a . h tml




Leave a Reply.