BAB I

ABSTRAK

Manusia sebagai khalifah, dalam hal ini berkaitan dengan fungsi arsitek, memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan, mengelola alam untuk melakukan aktivitasnya di muka bumi, dengan prinsip keseimbangan dan keselarasan. Arsitektur sebagai salah satu bidang keilmuan, hendaknya juga berpijak pada nilai-nilai Islam yang bersumber pada al-Qur’an. Wujud arsitektur yang muncul dari kreasi seorang arsitek, hendaknya melambangkan nilai-nilai Islam. Artinya, wujud arsitektur yang hadir tidak bertentangan dengan prinsip tauhid, ketentuan syariah, dan tentu saja nilai-nilai akhlakul karimah.

Pemaknaan dalam realita kehidupan, baik secara vertikal maupun horisontal, akan dipandang lebih berarti pada sebuah karya arsitektur yang mempunyai landasan akhlakul karimah di dalamnya. Suatu karya arsitektur akan 

 
A. PENDAHULUAN

Al-Qur’an adalah firman Allah (Kalamullah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam dengan menggunakan bahasa Arab. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah metode untuk menjelaskan makna-makna yang terkandung dalam lafazh-lafazh kitab suci tersebut. Metode itu dikenal dalam tradisi Islam dengan tafsir, sebuah metode kajian yang bertujuan untuk memahami ayat-ayat Al-Qur'an. Bidang  kajian tafsir adalah makna lafazh Al-Qur’an, sementara Al-Qur’an sendiri adalah kitab tasyrî’ yang berbahasa Arab, maka metode tafsir tidak dapat dipisahkan dari sumber bahasa dan syari’at.

Di samping itu, lafazh Al-Qur'an terkadang diungkapkan secara tersirat (implisit) dan tidak tersurat (eksplisit), atau diisyaratkan terutama dalam ayat-ayat Mutasyabihat, sehingga maknanya 

 
BAB I

PENDAHULUAN
Dari awal hingga akhir, al-Qur'an merupakan  kesatuan  utuh. Tak  ada  pertentangan  satu  dengan  lainnya. Masing-masing saling menjelaskan  al-Qur'an  yufassir-u  ba'dhuhu  ba'dha([1][1]). Dari  segi  kejelasan,  ada  empat  tingkat pengertian. Pertama, cukup jelas bagi setiap orang. Kedua,  cukup  jelas bagi  yang  bisa  berbahasa  Arab.  Ketiga, cukup jelas bagi ulama/para ahli, dan keempat, hanya  Allah  yang  mengetahui maksudnya([2][2]).

 Dalam  al-Qur'an  dijelaskan tentang adanya induk pengertian hunna umm al-kitab([3][3]) yang sudah mempunyai  kekuatan  hokum tetap.  Ketentuan-ketentuan  induk  itulah  yang  senantiasa

[1][1] Jalaluddin al-Suyuthi, Al-Itqan


[2][2] Ibn Katsir, Tafsir-u 'l-Qur'an-i 'l-'Azhim


[3][3] QS. Ali 'Imran: 7


 
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa Tuhan Yang Maha Esa dan budi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesejahteraan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan Nasional juga harus mampu menumbuhkan jiwa patriotic dan rasa kesetiakawanan sosial.

Sejalan dengan itu, perlu di kembangkan juga iklim belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri serta sikap dan prilaku yang inovatif dan kreatif. Dengan demikian itu, pendidikan Nasional diharapkan 

 
BAB I

PENDAHULUAN

Pada dasarnya, dalam perkembangan zaman yang sejalan dengan peningkatan kebutuhan manusia, bertambah pula keilmuan dan pengetahuan sebagai sarana utama untuk mencapai kebutuhan tersebut.

Ilmu falak mungkin saja masih terdengar langka di telinga masyarakat sekarang ini. Apalagi generasi muda yang sudah condong kepada ilmu umum dan mulai meninggalkan ilmu keislaman. Antara ilmu falak dan astronomi terdapat kesamaan pada objek yang diteliti yaitu benda-benda langit. Namun secara aplikasi memiliki ruang lingkup yang berbeda. Berbeda dengan astronomi yang hanya berfokus pada penelitian dan aplikasi keilmuan yang bersifat umum, dengan dasar agama ilmu falak mempunyai keunikan tersendiri yaitu 

 
PENDAHULUAN

Pendidikan adalah suatu keseluruhan usaha mentransformasikan ilmu, pengetahuan, ide, gagasan, norma, hukum dan nilai-nilai kepada orang lain dengan cara tertentu, baik struktural formal, serta informal dan non formal dalam suatu sistem pendidikan nasional.[1]

Madrasah merupakan lembaga / organisasi yang kompleks dan unik. Kompleks, karena dalam operasionalnya madrasah dibangun oleh berbagai unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan saling menentukan. Unik, karena madrasah merupakan organisasi yang khas, menyelenggarakan proses perubahan perilaku dan proses pembudayaan manusia, yang tidak dimiliki oleh lembaga manapun.

Karena kompleks dan rumitnya tersebut, maka dalam pelaksanaan pendidikan di madrasah memerlukan konsep yang mengatur, mengarahkan 

 
Bab I

Pendahuluan

Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah swt kepada seluruh manusia tanpa mengenal bangsa yang bersumberkan al-Quran, Sunnah dan Ijma' Ulama. Islam adalah agama yang nyata (waqi'e) dan sesuai dengan fitrah manusia, pada semua tempat, zaman dan situasi menepati citarasa, kehendak, sifat, keinginan, nafsu, perasaan dan akal fikiran manusia. Dalam jiwa, perasaan, nurani dan keinginan manusia terbenamnya rasa sukakan keindahan dan keindahan itu adalah seni. Seni adalah sesuatu yang bersifat abstrak, dapat dipandang, didengar dan disentuh oleh jiwa tetapi tidak dapat dinyatakan melalui kata-kata dan bahasa. Sukar untuk mentakrifkan seni secara tepat sesukar untuk menerangkan konsep keindahan dan kesenangan itu sendiri. Al-Farabi menjelaskan seni sebagai ciptaan yang berbentuk keindahan, Al-Ghazali pula menjelaskan seni dengan maksud kerja yang berkaitan dengan rasa jiwa manusia yang sesuai dengan fitrahnya.

Mengikut kebudayaan Barat, seni sebenarnya tiada hubungan dengan agama. Ini adalah disebabkan oleh dasar sekularisme yang mengasingkan hal keduniaan dengan agama. Walau bagaimanapun seni masih dianggap sebagai

 
PERSIAPAN MANUSIA MENGHADAPI MASA DEPAN

Sebuah Pengantar Djamaludin Ancok

Pembahasan

Kalau kita membicarakan masalah kualitas manusia dalam pembangunan, terutama pembangunan masa depan khususnya era industrialisasi. Maka kita akan terlibat pada beberapa aspek diri manusia. Pertama aspek fisik yang berupa tingkat kesehatan tubuh dan kelengkapan anggota tubuh. Kedua, aspek kognitif, dalam hal ini tingkat kecerdasan dan pendidikan. Ketiga, aspek nonkognitif, yaitu kualitas kepribadian dan kualitas moral yang ada pada diri seseorang.

Seseorang tidak bisa menjadi pekerja yang produktif apabila kesehatannya kurang baik, kemampuan kognitifnya tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan, dan kepribadian serta moralnya tidak sejalan dengan kehendak pembangunan.

Tulisan ini tidak membahas semua aspek di atas secara terinci. Yang akan dibahas agak mendalam hanya aspek nonkognitif.

Pembicaraan tentang ciri nonkognitif manusia Indonesia yang diperlukan oleh pembangunan pada era industrialisasi bukanlah masalah mudah untuk dilakukan. Kesulitan yang 

 
 Standar Isi

1) Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. (1). Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. (2). Standar isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kerangka dasar dan 

 
A. Muqadimah

Sebagai sebuah realita, berjalanya waktu dan perkembangan zaman, pasti akan memunculkan berbagai fenomena baru dalam kehidupan manusia. Tradisi dan adat-istiadat yang selalu mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan kemajuan zaman, banyak memunculkan persoalan-persoalan yang tidak disebutkan secara eksplisit hukumnya di dalam al-Qur’an ataupun hadis Rasulullah Saw., sedangkan di satu sisi, Islam dituntut untuk selalu mampu dalam memenuhi hajat dan kebutuhan manusia.

Dengan menggunakan isu di atas sebagai orientasi untuk melakukan istiqrâ’i, maka