BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia di lahirkan ke dunia ini dalam keadaan suci bagaikan kertas putih. Kemudian dengan berjalanya waktu maka kertas putih itu akan berubah dengan penuh warna. Untuk itu Allah memberikan petunjuk dengan di turunkannya al quran sebagai pedoman hidup. Untuk itu kita sebagai umat manusia agar dapat membaca dan memahami serta mengajarkan al quran tersebut agar bahagia hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

BAB II

PEMBAHASAN

DORONGAN MEMPELAJARI DAN MENGAJARKAN AL-QUR’AN DAN TANGGUNG JAWAB MENUNTUT PENGETAHUAN
A. Hasad yang diperbolehkan
Ulama berbeda-beda dalam mendefinisikan hasad. Namun inti ungkapan mereka, hasad adalah sikap benci dan tidak senang terhadap apa yang dilihatnya berupa baiknya keadaan orang yang tidak disukainya. Ada beberapa definisi hasad menurut para ulama :
1. Menurut Al-Jurjani Al-Hanafi dalam kitabnya, hasad ialah menginginkan atau mengharapkan hilangnya nikmat dari orang yang didengki (mahsud) supaya berpindah kepadanya (orang yang mendengki atau hasad).
2. Menurut Imam al-Ghazali hasad ialah membenci nikmat Allah SWTyang ada pada diri orang lain, serta menyukai hilangnya nikmat tersebut.
3. Menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya hasad ialah kerja emosional yang berhubungan dengan keinginan agar nikmat yang diberikan Allah S WT kepada seseorang dari hamba-Nya hilang dari padanya. Baik cara yang dipergunakan oleh orang yang dengki itu dengan tindakan supaya nikmat itu lenyap dari padanya atas dasar iri hati, atau cukup dengan keinginan saja. Yang jelas motif dari tindakan itu adalah kejahatan. Kendati demikian hasad ada yan di peerbilehkan yaitu hasad kepad orang yang datang kepada al qur’an dan ia sibuk mengemalkannya, dan yang kedua orang yang kaya namun ia sibuk menginfakkannya. Da;lam hal ini rasulullah bersabda :

عن ابن عمر رضى الله عنهما قال, قال رسول الله عليه وسلم: لا حسد الافى اثنتين: رجل اتاه الله القران فهو يقوم به اناء النهار ورجل اًعطاه مالا فهو ينفق منه اناء الليل واناء النهار. (رواه البخارى ومسلم والترمدى والنسائى)
Artinya:
Dari ibnu umar r.a berkata, sabda Rosulullah SAW: jangan engkau hasad kecuali pada dua perkara: pertama seorang laki-laki yang datang padanya Alqur’an dan ia sibuk mengamalkannya sepanjang hari (siang dan malam) dan yang kedua seorang laki-laki yang diberikan harta dan ia sibuk menginfaqkan hartanya sepanjang hari (siang malam).

Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :



« اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه »

“Bacalah oleh kalian Al-Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 804]

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk membaca Al-Qur`an dengan bentuk perintah yang bersifat mutlak. Sehingga membaca Al-Qur`an diperintahkan pada setiap waktu dan setiap kesempatan. Lebih ditekankan lagi pada bulan Ramadhan. Nanti pada hari Kiamat, Allah subhanahu wata’ala akan menjadikan pahala membaca Al-Qur`an sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, datang memberikan syafa’at dengan seizin Allah kepada orang yang rajin membacanya.

Faidah (Pelajaran) yang diambil dari hadits :
1. Dorongan dan motivasi untuk memperbanyak membaca Al-Qur`an. Jangan sampai terlupakan darinya karena aktivitas-aktivitas lainnya.
2. Allah jadikan Al-Qur`an memberikan syafa’at kepada orang-orang yang senantiasa rajin membacanya dan mengamalkannya ketika di dunia.

B. Perbandingan antara orang yang membaca dan tidak membaca al Qur’an
عن ابى موسى رضى الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مثل المؤمن الدى يقراً القران مثل الاًترجة ريحهاطيب وطعمهاطيب, ومثل المؤمن الدى لايقراً القران مثل التمرة لاريحهاوطعمها حلو, ومثل المنافق الدى لايقراً القران مثل الحنظلة ليس لهاريح وطعمها مر, ومثل المنافق الدى يقراً القران مثل الريحانة ريحها طيب وطعمها مر. (رواه البخارى ومسلم والنسائى وابن ماجه)
Artinya:
Dari Abi Musa r.a berkata, sabda rosulullah SAW : perumpamaan orang mukmin yang membaca Al qur’an seperti buah jeruk manis yang baunya harum dan manis rasanya, dan perumpamaan orang mukmin yang tak membaca al qur’an seperti kurma yang tak berbau dan manis rasanya, dan perumpaman orang munafiq yang tidak membaca Al qur’an seperti buah pare yang tidak berbau dan rasanya pahit, dan perumpamaan orang munafiq yang membaca Al Qur’an seperti bunga raihanah yang baunya harum dan rasanya pahit.



C. hilangnya ilmu karena wafatnya orang berilmu
عن عبد الله بن عمرو بناالعاص رضى الله عنهما قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: ان الله لايقبض العلم النتزاعا ينتزعه من العباد, ولكن بقيض العلم يقبض العلماء حتى ادا لم يبق عالما, اتخد الناس رئوسا جهالا فسئلوا, فافتوا بغير علم, فضلوا واضلو. (رواه البخارى ومسلم)
Artinya:
Dari Abdullah bin Amru r.a berkata: aku mendengar rosulullah SAW bersabda: Allah mengangkat ilmu dari hati hamba, akan tetapi mengangkat ilmu dengan mengambil para ulama sehingga tiada tersisa, Dan menyisakan penguasa yang jahil yang berfatwa tanpa ilmu, maka sungguh sesat lagi menyesatkan.

Hadits ini menjelaskan maksud tercabutnya ilmu dalam hadits-hadits lalu yang muthlak (umum), bukan menghapusnya dari dada para penghafal (pemilik) ilmu itu. Akan tetapi maknanya, para pembawa ilmu itu (yakni para ulama) akan mati. Lalu manusia mengangkat orang-orang jahil (sebagai pemimpin dalam agama). Orang-orang jahil itu memutuskan perkara berdasarkan kejahilan-kejahilannya. Lantaran itu ia sesat, dan menyesatkan orang". [Lihat Al-Minhaj Syarh Shohih Muslim ibn Al-Hajjaj (16/224), cet. Dar Ihya’ At-Turots Al-Arabiy]
Alangkah banyaknya pemimpin dan ustadz-ustadz seperti ini. Mereka diangkat oleh manusia sebagai seorang ulama’ dan ustadz. Padahal ia tidaklah pantas dijadikan panutan, karena ia jahil. Kalaupun ia berilmu, namun ilmu itu di buang di belakang punggungnya. Manusia jenis ini banyak bermunculan bagaikan jamur di musim hujan.
Coba lihat disana, manusia mengangkat seorang pelawak sebagai “da’i sejuta ummat”. Padahal bisanya cuma tertawa dan menggelitik para pendengar.
Dari arah lain, muncul para normal yang dulunya dijauhi oleh manusia, karena dikenal memiliki sihir. Sesaat kemudian berubah menjadi “da’i sejuta ummat”, karena sekedar pernah memimpin dzikir jama’ah yang dihadiri oleh sebagian kiyai jahil dan orang-orang yang memiliki kedudukan. Dulunya tukang sihir dan dukun (para normal), kini menjadi ustadz, bahkan terakhir bergelar “KH”.


D. Sikap yang baik dan buruk dalam menuntut ilmu
عن ابى واقد الليثى, ان رسول الله صلى الله عليه وسلم بينماهو جالس فى المسجد والناس معه, اد اًقبل ثلاثة نفر, فاًقبل اثنان الى رسول الله صلى الله عليه وسلم, ودهب واحد. قال: فوقفا على رسول الله صلى الله عليه وسلم. فاًمااًحدهما فراًى فرجة فى الحلقة فجلس فيهاواماالاخر فجلس خلفهم, واماالثالث فاًدبر داهبا فلما فرغ رسول الله عليه وسلم, قال: اًلا اخيركم عن النفر الثلاثة؟ امااًحدهم فاًوى الى الله فاًواه الله: واماالا خر فاستحيا فاستحيا الله منه: واماالا خر فاًعرض فاًعرض الله عنه. (رواه البخارى ومسلم)
Artinya:
Dari Abi Waqad Al laysy, bahwasanya rosulullah SAW duduk di masjid bersama sahabat, tiba-tiba datang tiga orang, maka yang dua orang menghadap pada rosulullah SAW sedangkan yang satu terus pergi, adapun salah satu dari keduanya melihat ada lowongan ditengah majlis maka iapun duduk ditempat tersebut sedang yang lainnya duduk dibelakang sedangkan salah satu dari ketiganya telah pergi, maka ketika rosulullah telah selesai dari nasehatnya, beliau bersabda:” sukakah kamu aku beritakan kepada kalian tentang tiga orang tersebut? Adapun orang pertama ia ingin mendekat pada allah maka allahpun memberi tempat dekat, sedangkan orang kedua ia malu kepada Allah maka Allahpun malu kepadanya dan adapun orang ketiga ia berpaling dari Allah maka Allahpun berpaling darinya.




BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Hasad merupakan perbuatan disa kecuali atas dua perkara yaitu hasad pada orang yang sibuk membca al quran dan mengajarkannya dan hasad kepada orang kaya yang sibuk meng infakan hartannya.
Kita sebagai manusi hendaklah membaca al quran karena orang yag membaca al quran bagaikan buah jeruk manis.
Hilangnnya suatu ilmu bukan langsung di cabut dari dada seseorang namun dengan meninggalnya para ulama. Dalam menuntut ilmu hendaklah bersikap yang baik dan tidak ragu ragu.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Minhaj Syarh Shohih Muslim ibn Al-Hajjaj (16/224), cet. Dar Ihya’ At-Turots Al-Arabiy

Lu’lu’ wal marjan (1405)

Adabun nabawi




Leave a Reply.